Sabtu, 23 Oktober 2010

soal diagnostik UN

SOAL DIAGNOSTIK
IPA BIOLOGI – 02





1. Upaya yang dilakukan manusia untuk menambah jumlah individu dari beberapa tumbuhan atau hewan langka agar tidak punah adalah ….
a. Membiarkan saja tumbuhan atau hewan langka
b. Membudidayakan tumbuhan atau hewan langka
c. Memelihara sendiri hewan dan tumbuhan langka
d. Memanfaatkan hewan dan tumbuhan langka

2. Contoh sendi peluru pada manusia adalah ....
a. gelang bahu dan gelang panggul
b. lutut, siku dan ruas jari tangan
c. leher, pinggang dan pangkal paha
d. pergelangan kaki dan pergelangan tangan

3. Perhatikan gambar penampang melintang batang dikotil berikut!

Xilem ditunjukkan oleh nomor .....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
















4. Perhatikan gambar percobaan berikut!

Percobaan ini menunjukkan bahwa tumbuhan memiliki ciri hidup yaitu ....
a. bergerak
b. menerima dan mereaksi rangsang
c. memerlukan makanan
d. mengeluarkan zat sisa

5. Gerak tumbuhan seperti gambar di bawah merupakan gerak .....


a. geotropisme
b. hidrotropisme
c. fototropisme
d. tropisme

6. Berikut ini yang merupakan fungsi enzim tripsin adalah ....
a. mengubah zat tepung menjadi zat gula
b. mengaktifkan pepsin dan membunuh kuman
c. mengubah pepton menjadi asam amino
d. mengubah protein menjadi asam amino

7. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut !
1. Membatasi penelitian-penelitian tentang sumber daya alam
2. Penggunaan sumber daya alam sebaik mungkin
3. Mementingkan kelanjutan penggunaan sumber daya alam
4. Eksplorasi sumber daya alam secara besar-besaran
Cara-cara pengolahan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan untuk meningkatkan taraf hidup manusia adalah ....
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 2 dan 4
d. 3 dan 4


8. Toni menanam biji jagung. Dalam 3 (tiga) hari ia melakukan pengamatan yang sangat teliti dan mengambil gambar proses perkecambahan biji jagung sebagai berikut:

Gambar tersebut menunjukkan bahwa
salah satu ciri makhluk hidup adalah...
a. berkembang biak
b. tumbuh
c. bergerak
d. iritabilitas

9. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran udara adalah...
a. mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
b. melindungi hutan
c. membuka hutan
d. tidak membuang sampah di sungai

10. Perhatikan gambar berikut!

Tempat berlangsungnya fotosintesis adalah...
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4

11. Seorang petani ingin mendapatkan bibit unggul yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Bibit unggul ini dibutuhkan dalam jumlah yang banyak untuk penanaman dalam skala besar. Untuk mendapatkan bibit ini dibutuhkan suatu cara yang disebut …
a. mencangkok
b. stek
c. kultur jaringan
d. okulasi

12. Perhatikan pernyataan berikut !
1. kerongkongan terasa kering
2. badan kurus kering dan tidak segar
3. selalu merasa lapar
4. mata cekung dan tatapan kosong
Ciri-ciri fisik yang dapat ditunjukkan oleh pecandu obat-obatan terlarang adalah ....
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 4
d.3 dan 4

13. Perhatikan persilangan Monohibrid dan dominan penuh di bawah ini !
Bunga mawar merah x Mawar putih
P1 MM mm
Gamet M m
M m
F1 ......................................
P2 Mm x Mm
Gamet M M
m m
F2







Dari tabel hasil persilangan di atas, individu yang memiliki genotip persis sama dengan induk (P1) terdapat pada kolom bernomor ....
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 1 dan 4
d. 2 dan 4




14. Fungsi plasma darah adalah ....
a. membunuh kuman
b. pembekuan darah
c. mengangkut oksigen
d. mengangkut sari makanan

15. Perhatikan pernyataan berikut :
1. Ikan lumba-lumba secara periodik muncul ke permukaan air.
2. Cumi-cumi mengeluarkan cairan seperti tinta.
3. Bentuk daun teratai berbeda dengan daun kaktus.
4. Berbagai bentuk paruh burung sesuai dengan jenis makanannya.
Pernyataan di atas yang merupakan contoh adaptasi morfologi adalah ....
a. 1 dan 2
b. 1 dan 4
c. 2 dan 3
d. 3 dan 4

16. Dalam pembuatan tempe diperlukan peranan mikroba ....
a. Rhizopus oligosporus
b. Lactobacillus bulgaricus
c. Acetobacter xylinum
d. Monilla sitophila

17. Dalam sebuah ekosistem air terdapat tumbuhan Hydrilla, plankton, burung bangau dan ikan. Apa yang akan terjadi jika ikan ditangkap secara berlebihan?
a. populasi plankton akan naik, populasi burung bangau akan turun
b. populasi Hydrilla akan turun drastis, sementara plankton akan naik populasinya
c. populasi plankton akan turun, populasi bangau naik
d. populasi bangau akan turun, populasi Hydrilla tetap

18. Perhatikan gambar !







Enzim yang mencernakan protein dari susu dihasilkan oleh organ nomor .....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4




19. Arah rangsang yang benar pada gerak biasa adalah ....
a. rangsang saraf motorik otak saraf sensorik gerakan
b. rangsang saraf sensorik otak saraf motorik gerakan
c. rangsang saraf sensorik sumsum tulang punggung gerakan
d. rangsang saraf sensorik saraf motorik otak gerakan


20. Contoh bahan yang digunakan sebagai zat aditif pewarna alami, kecuali....
a. daun suji
b. daun pandan
c. kunyit
d. bunga kembang sepatu

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMP
Kelas / Semester : VII (tujuh)/Semester 1
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.
Kompetensi Dasar : 1.1. Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.
Indikator : 1. Mendeskripsikan bentuk atau bangun organ-organ penyusun sistem ekskresi pada manusia.
2. Mendeskripsikan fungsi sistem ekskresi.
3. Mendata contoh kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya.
4. Menyadari pentingnya menjaga kesehatan organ sistem ekskresi.
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian ekskresi.
2. Menyebutkan fungsi sistem ekskresi.
3. Menyebutkan alat ekskresi pada manusia.
4. Menyebutkan sisa metabolisme pada manusia.
5. Mengamati dan mempelajari alat ekskresi pada manusia.
6. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja ginjal.
7. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja kulit.
8. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja paru-paru.
9. Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja hati.
10. Menyebutkan faktor penyebab kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi.
11. Menjelaskan kelainan dan penyakit pada ginjal.
12. Menjelaskan kelainan dan penyakit pada hati.
13. Menjelaskan sistem ekskresi pada hewan.
Materi Pembelajaran : Sistem Ekskresi
Metode Pembelajaran : Model :
- Direct Instruction (DI)
- Cooperative Learning
Metode:
- Diskusi kelompok
- Ceramah
- Eksperimen
- Observasi

Langkah-langkah Kegiatan
PERTEMUAN PERTAMA

a. Kegiatan Pendahuluan
. Motivasi dan apersepsi
- Mengapa setiap hari kita mengeluarkan air seni pada saat buang air kecil?
- Apakah penyebab penyakit diabetes melitus?
. Prasyarat pengetahuan
- Apakah yang dimaksud dengan ekskresi?
- Apakah yang dimaksud dengan penyakit diabetes melitus?
. Pra eksperimen
- Berhati-hatilah dalam melakukan praktikum.

b. Kegiatan Inti
. Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.
. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan pengertian ekskresi.
. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan fungsi sistem ekskresi.
. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk menyebutkan alat-alat ekskresi pada manusia.
. Perwakilan peserta didik diminta untuk menyebutkan sisa metabolisme pada manusia.
. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil model torso manusia, gambar anatomi yang besar, atau model gambar tiga dimensi organ-organ ekskresi.
. Guru mempresentasikan langkah kerja untuk melakukan eksperimen mengamati dan mempelajari alat-alat ekskresi pada manusia (Kegiatan 1.1 h.7).
. Guru memeriksa eksperimen yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
. Peserta didik dalam setiap kelompok mendiskusikan fungsi dan prinsip kerja dari alat-alat ekskresi pada manusia ( ginjal, kulit, paru-paru, dan hati).
. Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok yang lain.
. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.
. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan faktor penyebab kelainan dan penyakit pada sistem ekskresi.
. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai beberapa kelainan dan penyakit pada ginjal.
. Peserta didik memperhatikan beberapa kelainan dan penyakit pada hati yang disampaikan oleh guru.

c. Kegiatan Penutup
. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.
. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.


PERTEMUAN KEDUA

a. Kegiatan Pendahuluan
. Motivasi dan apersepsi
- Apakah yang berfungsi sebagai alat ekskresi pada serangga?
- Zat sisa metabolisme apakah yang dikeluarkan oleh ginjal burung?
. Prasyarat pengetahuan
- Apakah yang dimaksud dengan buluh malpighi?
- Sebutkan alat ekskresi pada burung.

b. Kegiatan Inti
. Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa laki-laki dan perempuan yang berbeda kemampuannya.
. Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan sistem ekskresi pada hewan.
. Guru membagi tugas kelompok:
2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan sistem ekskresi pada serangga.
2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan sistem ekskresi pada ikan.
2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan sistem ekskresi pada amfibi.
2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan sistem ekskresi pada reptil.
2 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan sistem ekskresi pada burung.
. Tugas kelompok diberikan 1 minggu sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.
. Setiap kelompok diminta melaporkan hasil pengamatannya dalam bentuk karya tulis.
. Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok yang lain.
. Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.

c. Kegiatan Penutup
. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
. Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.
. Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.

Sumber Belajar
a. Buku IPA Terpadu Jl.3A halaman 1-16
b. Buku referensi yang relevan
c. Lingkungan
d. Alat dan bahan praktikum

Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik Penilaian:
- Tes tertulis
- Tes unjuk kerja
- Penugasan

b. Bentuk Instrumen:
- Tes PG
- Tes uraian
- Uji petik kerja produk
- Proyek
c. Contoh Instrumen:
- Contoh tes PG
Organ yang sering disebut sebagai penyaring darah adalah ....
a. otak c. ginjal
b. jantung d. paru-paru
- Contoh tes uraian
Jelaskan perbedaan diabetes melitus dan diabetes insipidus.
- Contoh proyek
Buatlah artikel tentang salah satu contoh penyakit pada sistem ekskresi yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Materi pada artikel dapat diperoleh dari buku atau internet. Artikel yang paling menarik dapat ditempel di mading sekolah.

Jumat, 22 Oktober 2010

flora dan fauna


Hama Pada Tanaman Hias

Penulis: emirgarden / Diterbitkan: 24 April 2009 / 2 komentar / Artikel Flora & Fauna / 8,957 views
Coba bayangkan betapa sedihnya hati kita, kalau tiba-tiba melihat tanaman hias kesayangan kita menjadi rusak, robek, compang camping, lemas, layu atau bahkan mati akibat serangan hama. Belum lagi kerugian material yang harus kita tanggung. Bayangkan betapa menderitanya hati kita kalau anthurium atau aglaonema yang bernilai jutaan rupiah tiba-tiba menjadi rusak dan mati.
Untuk itu, mengenal, mencegah atau menanggulangi serangan hama wajib diketahui secara dini. Berikut ini beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman hias beserta cara penangulangannya.
1. Kutu Putih (Mealy Bugs)
Kutu putih merupakan hama yang paling banyak ditemui menyerang tanaman hias. Kehadirannya cukup mudah dideteksi. Mereka bergerombol di batang, daun, ketiak daun, bawah daun sampai pucuk daun. Disebut kutu putih karena warnanya yang terlihat putih karena adanya semacam serbuk berwarna putih yang menyelimuti tubuhnya.
Kutu putih menghisap cairan daun, sehingga menyebabkan daun menjadi kisut. Kutu putih juga mengeluarkan semacam cairan “madu” yang lama kelamaan akan berubah menjadi jelaga berwarna hitam di permukaan daun. Selain mengakibatkan kerusakan pada tanaman, kutu putih juga bisa menularkan virus dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain.
Beberapa hobiis sering kesulitan memberantas kutu putih. Hal ini diakibatkan adanya semacam lapisan lilin yang menyelimuti tubuh si kutu. Lapisan lilin ini melindungi tubuh kutu putih termasuk dari serangan insektisida. Cara sederhana yang sering dilakukan adalah dengan menyemprotkan larutan detergen cair dengan dosis satu sendok makan detergen cair dengan satu liter air. Setelah di semprot dengan cairan detergen, maka lapisan lilin pada kutu putih akan hilang, dan warna kutu berubah menjadi kekuningan. Ini menandakan bahwa “perisai” si kutu sudah hilang. Sekarang giliran insektisida beraksi menumpas si kutu. Insektisida yang umum digunakan seperti Decis, Curacron, Confidor, Rumba, dll dosis 2 ml/Liter. Penyemprotan insektisida bisa diulang seminggu kemudian, sampai serangan hilang. Satu hal yang perlu diingat, agar media tanam tidak terkontaminasi dengan larutan detergen yang bersifat alkalis, maka sebaiknya setelah treatmen ini, media tanam diganti dengan yang baru dan steril.
2. Root Mealy Bugs
Root Mealy Bugs berbentuk seperti kutu putih, tetapi hidup menempel pada akar tanaman. Tanaman yang terserang akan menjadi kurus, kerdil, daun menjadi kecil dan layu. Untuk mengetahui serangan hama ini, maka perlu mencabut tanaman dari media. Penanganan yang umum dilakukan adalah dengan menyemprotkan insektisida sistemik seperti Confidor, supracide dengan dosis seperti aturan yang tertera (umumnya 2 ml/Liter). Untuk menjamin bahwa serangan root mealy bugs bisa diberantas dengan tuntas, maka perlu melakukan penggantian media tanam.
3. Ulat
Dua macam ulat yang biasa menyerang tanaman hias adalah Spodoptera yang menyerang daun dan Noctuidae yang memakan batang. Serangan spodoptera ditandai dengan adanya daun yang robek/rusak. Sedangkan serangan Noctuidae lebih sulit dideteksi, karena mereka menggorok batang tanaman dari dalam, yang bisa berakibat fatal.
Pada tahap serangan ringan, penanggulangan dengan manual, yaitu membunuh ulat yang tampak. Tetapi apabila serangan sudah mulai serius, maka digunakan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron, dosis 2 ml/Liter.
4. Belalang
Gejala serangan belalang hampir mirip dengan serangan Spodoptera. Belalang mempunyai kemampuan untuk berpindah kedaun atau tanaman lain dengan cepat, sehingga serangannya dengan mudah bisa berpindah-pindah.
Pada serangan ringan, penanggulangan bisa dilakukan dengan memungut dan membuang belalang yang tampak, tetapi pada serangan yang serius, maka pemakaian insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter tidak bisa dihindarkan.
5. Tungau (Thrips)
Tungau berbentuk seperti lintah dengan ukuran yang kecil dan melekat kuat dibalik daun serta pelepah tanaman. Thrips akan menghisap cairan tanaman sehingga akan membuat daun mengkerut, menguning, kisut dan bahkan akhirnya mati.
Pada serangan ringan, penanggulangan bisa dilakukan dengan mengerik kumpulan thrips dengan kuku atau alat lain.Tetapi pada serangan yang serius, maka digunakan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter.
6. Keong Tanpa Cangkang
Hama ini berbentuk seperti siput yang berukuran kecil dan tidak mempunyai cangkang. Gejala serangan hampir mirip dengan serangan ulat atau belalang, tetapi dalam area yang lebih kecil karena pergerakan keong yang lambat. Keong tanpa cangkang aktif dimalam hari, makanya pengendalian mekanis bisa dilakukan dimalam hari. Sedangkan pengendalian secara kimia bisa dilakukan dengan aplikasi insektisida Mesurol dengan dosis 2 ml/Liter.
7. Aphid
Aphid adalah serangga kecil yang berbentuk seperti buah pear dengan warna hijau atau coklat. Aphid menghisap cairan tanaman, sehingga menyebabkan daun menjadi keriting, tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan menjadi kerdil. Aphid juga mengeluarkan cairan seperti madu yang akan berubah menjadi jelaga hitam.
Pengendaliannya sama dengan hama yang lain yaitu menggunakan penyemprotan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter.
8. Spider Mite
Seperti namanya hama ini adalah keluarga laba-laba yang berbentuk kecil. Spider Mite juga menghisap cairan pada tanaman. Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-bercak pada bagian yang dihisap cairannya.
Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis dan tanaman mati. Spider mite lebih kebal terhadap insektisida. Untuk itu disarankan menggunakan akarisida seperti Kelthane sesuai dosis dikemasannya.
9. Fungus Gnats
Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam. Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup didalam media tanam dan sering makan akar halus tanaman. Fungus Gnat dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala seranganmunculnya bintik-bintik hitam pada seludang bunga.
Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakuakn dengan menaburkan Nematisida seperti Furadan G ke media tanam. Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida seperti Decis, Confidor, Curacron dll dengan dosis 2 ml/Liter.
10. Cacing
Cacing yang sering menjadi hama adalah Cacing liang (Radhopolus Similis) yang menghisap cairan pada akar tanaman. Gejala tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat tumbuh dan kerdil serta menghasilkan bunga yang kecil. Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada media tanam sesuai aturan yang tertera dalam kemasan.
Demikianlah sepuluh hama yang sering dijumpai menyerang tanaman hias. Tindakan terbaik adalah melakukan pencegahan sebelum hama menyerang tanaman, yaitu dengan sering mengontrol tanaman dan perkembangannya. Penggunaan media tanam yang steril serta penggantian media tanam secara terjadwal, menjaga kebersihan lingkungan tempat tanaman diletakkan, serta menjauhkan tanaman yang sudah terindikasi mendapat serangan.
Apabila serangan hama sudah terjadi, untuk skala serangan awal, cara manual / mekanis lebih dianjurkan. Sedangkan apabila serangan sudah memasuki tahap serius, maka penggunaan insektisida, akarisida dan nematisida tidak terelakkan lagi. Dosis yang dianjurkan adalah seperti yang tertera pada kemasan, atau umumnya bisa menggunakan dosis 2 ml/Liter untuk yang berbentuk cair. Dan dosis 2 Gr/Liter untuk yang berbentuk powder. Sedangkan Nematisida seperti Furadan G yang berbetuk butiran disesuaikan dengan lebar dan volume pot/media tanam.
Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengingat dampak negative yang bisa ditimbulkan. Karena umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi semakin kebal dengan insektisida yang digunakan.